Qanaah, Menghancurkan Perbudakan Materi

Seorang pedagang sedang ramai dikerumuni pembeli. Tak lama terdengar adzan Zuhur memanggil.

Biasanya ia sudah ada di masjid sebelum adzan. Namun kali ini ramai pembeli. Ia pikir jarak iqomat masih lama. Ia layani para pembeli.

Asyik melayani, pengunjung pun terasa tak pernah habis. Merasa bersalah, ia berlari ke masjid. Gawat…, shalat berjamaah sudah bubar. “Celaka aku,” ia membatin.

Sejak saat itu ia berjanji bahwa sebanyak apa pun dunia dikejar, tak kan mampu mengalahkan karunia Allah Yang Maha Kaya. Tak boleh lagi ia kalah kepada dunia, tekadnya.

Di Pontianak, saya dijamu di sebuah restoran Padang ternama. Anak sulung dari pemilik menemani saya bersantap. Ia kisahkan pengalaman sang ayah yang mulai dari nol bekerja keras hingga rumah makan punya banyak cabang.

Dari banyak kisah yang dituturkan ada satu hal menarik yang saya tangkap bahwa resto itu setiap bulan Ramadhan tutup beroperasi.

Meski omzet banyak, sang ayah mengajarkan bahwa 11 bulan Alllah telah beri kita rezeki lebih dari cukup. Ramadhan ini marilah fokus ibadah kepada Allah, dan beri kesempatan karyawan untuk khusyuk beribadah. Sebab jika tiada merasa cukup, tak kan lari gunung dikejar!

Itulah Qonaah, rasa cukup yang menghancurkan perbudakan materi yang tiada habis.

Dunia ini semakin dikejar, semakin jauh ia berlari. Namun jika merasa cukup, ia akan bertekuk lutut di hadapan.

Dari ’Ubaidillah bin Mihshan Al-Anshary radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

                                                         مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

Hadits ini bacalah dengan hati… Engkau akan pahami bahwa kekayaan sudah Allah hadirkan. Andai kau mengerti!

Wassalam,

usbob